“Apa?! Bapantul?”
Kemarin, tanggal 29 April 2015 adalah hari tari sedunia.
Awalnya, menurut saya ya biasa saja karena paling isinya cuma orang-orang
menari dan karena ada kata sedunia ada tamu bule, mungkin?
Ternyata tidak, tidak sesempit itu, hari tari sedunia adalah
sebuah hari di mana para insan pecinta tari baik itu seniman dan
komunitas-komunitas pecinta seni melakukan kontribusi pada kota tercinta ini,
Banjarmasin, dengan cara mengadakan
suatu acara yang bebas diikuti oleh seluruh seniman atau komunitas pecinta tari
yang ada di seluruh kota Banjarmasin, yang juga boleh diikuti dari luar
Banjarmasin.
Waktu itu saya baru tahu bahwa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
saya, Kampoeng Seni Boedaja (KSB) turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut,
turut menyumbangkan seni musik gamelan dan salah satu tarian, dengan tujuan
untuk semakin memeriahkan acara tersebut dan menjalin silaturahmi. Dan saya
baru tahu bahwa saya ternyata juga harus ikut dalam tarian tersebut. Awalnya
bingung karena saya tidak bisa menari tapi kenapa malah mengajak saya? Sukurlah
tarian yang dimaksud bukan tarian yang penuh koreo dan latihan panjang. Hanya
sebuah tarian spontan yang membutuhkan mental super tebal untuk melakukannya.
Tahu tari apakah itu? namanya Bapantul.
Bapantul adalah salah satu cabang kesenian tari tradisional
yang menggunakan topeng, kostumnya terkesan seram, lucu, konyol, kocak, dsb.
Peserta memakai daster dan kerudung (namun boleh dikreasikan dengan apapaun)
selama seluruh bagian kepala tertutup. Hal ini dilakukan untuk satu hal,
yaiitu? Ya! Privasi .haha gila aja masa udah pakai kostum heboh ditambah aksi
yang gila tapi muka malah kelihatan.
Coba tebak yang mana kah saya? :D
Awalnya memang saya mengerutkan dahi, apakah saya bisa
melakukan ini, menghadapi khalayak umum yang sangat ramai dengan berpakaian
sangat tak lazim seperti itu? Hhhh tapi entah kenapa saya suka melihat peserta
bapantul itu di acara-acara kemarin, sepertinya mereka bisa lebih bebas gitu
dalam berekspresi, semua kegilaan-kegilaan bisa mereka keluarkan karena tidak
ada yang tahu juga identitas asli mereka (paling hanya bisa menebak dari postur
tubuh saja).
Gerakannya biasa saja, hanya ketika musik gamelan atau
apapaun sebagai pengiringnya mulai, tunggu beberapa saat para pamantul (peserta
bapantul) keluar dari sisi pinggir panggung menuju ke tengah dan menghamburkan
suasana, berjalan dengan konyol entah itu berkenjot-kenjot, ngesot, sampai
goyang dribble guna untuk mendapatkan perhatian dari penonton. Saya lihat
ekspresi mereka ada yang tertawa,
penasaran, sampai berlari karena ketakutan melihat kostum yang seseram
itu, khususnya anak-anak haha senang rasanya bisa menghibur mereka semua
walaupun bajunya panas, topengnya sempit dan sangat tidak leluasa bernapas
apalagi dengan cuaca yang biasa disebut “panas manggantang” dan idiom lokal
“saking panasnya, iwak karing gin banaung!”
Secara keseluruhan saya sangat menikmati acara ini, karena
saya menyukai seni, seni itu adalah suatu wadah di mana kita bebas melakukan
ekspresi diri bahkan sampai melakukan pelanggaran-pelanggaran maksim. Seni
tidak seperti ilmu-ilmu lain seperti sejarah, politik, ekonomi, hukum, sains,
dst. Semua diwujudkan hanya untuk
menciptakan keserasian, keindahan, dan yang pasti kebersamaan yang tak
terpisahkan dalam menciptakan serta mengapresiasi sebuah karya. Semoga sukses
selalu untuk seluruh pecinta seni di Banjarmasin dan di mana pun Anda berada.
No comments:
Post a Comment