Tuesday, 22 December 2015

Perkembangan Makna


1.       Homonim adalah kata yang sama pengucapan dan tulisannya tetapi berbeda maknanya.
Contoh:
-          Dia bisa mengobati orang yang terkena bisa ular.
-          Di halaman rumah telah kubaca tiga halaman surat kabar.
-          Giginya tanggal pada tanggal sepuluh sebulan yang lalu.

2.     Homofon adalah kata yang sama pengucapaannya namun tulisan dan maknanya berbeda.
Contoh :
-          Pegawai tersebut telah didepak dari Depag (Departemen Agama)
-          Pada masa itu, massa sudah berkumpul di balai desa.
-          Bang Adi sedang pergi ke bank.

3.    Homograf adalah kata yang tulisannya sama namun pengucapan dan maknanya berbeda. (biasanya dalam kata tersebut, terdapat huruf “e”)
Contoh:
-          Setelah apel kami ingin makan apel.
-          Wajahnya memerah ketika memerah pakaian.
-          Pejabat teras sedang asyik berbicara di teras kantor gubernur.
*teras = sesuatu yang penting/terbaik.

4.     Polisemi adalah kata yang memiliki banyak makna (lebih dari dua).
Contoh:
-          Bagaimana rasanya jatuh dari pohon? (gerakan dari atas ke bawah)
-          Nama baik keluarganya jatuh akibat pemberitaan tersebut. (tercoreng)
-          Saat ini harga ayam di pasar sedang jatuh. (murah)
-          Aku jatuh cinta padanya. (suka)

-          Perusahaanku berdiri tiga tahun yang lalu. (dibentuk)
-          Karena terlambat, Andi disuruh Pak Guru berdiri di depan kelas. (posisi badan)
-          Masjid itu berdiri dengan kokoh. (dibangun)

Selain itu juga masih ada lagi untuk kata berpolisemi mata, yaitu: matanya, mata pisau, mata hati, dsb.

5.     Hipernim adalah kata yang mempunyai makna yang umum (kata umum) dari kata yang bermakna khusus (kata khusu)
Contoh: binatang berhipernim dengan kucing, anjing, dan kelinci.
6.       Hiponim adalah kata yang mempunyai makna yang khusus dari kata yang bermakna umum.
Contoh: kucing, anjing, dan kelinci berhiponim dengan binatang.

7.       Kohiponim: hubungan antarhiponim.
8.       Makna meluas: perubahan makna karena makna sekarang lebih luas dibandingkan makna yang dulu. (zaman sekarang berkembang, begitu pula dengan bahasa)
Contoh: bapak. Makna meluas maksudnya kata “bapak” dari yang cuma hanya untuk satu orang, sekarang bisa dipasangkan dengan apa saja sesuai kepentingan kalimat. Bapak Budi, Bapak Saya, Bapak-Ibu sekalian, dsb.

9.       Makna menyempit: perubahan makna karena makna sekarang lebih menyempit dibandingkan makna yang dulu.
Contoh: bau.
Sekarang orang-orang marah jika disebut bau, mengapa? Padahal bau masih terbagi menjadi dua, bau harum atau bau busuk. Akibat perkembangan zaman, bahasa juga ikut mengalami perkembangan.

10. Ameliorasi: diksi (pilihan kata) yang terdengar lebih sopan. Contoh:  wafat, meninggal, mantan, dst.)

11.   Peyorasi:   diksi (pilihan kata) yang terdengar lebih kasar. Contoh: mati, mampus, bekas, dst.)
12.   Sinestesia: perubahan makna kata karena ada pertukaran pancaindra.
Contoh:
-          Suaranya sungguh enak didengar = indra pendengar ke indra pengecap
-          Kata-katanya sungguh kasar = indra pendengar ke indra peraba
-          Pandangannya sangat tajam = indra penglihatan ke indra peraba
-          Mukanya agak masam = indra penglihatan ke indra pengecap