1. Homonim adalah kata yang
sama pengucapan dan tulisannya tetapi berbeda maknanya.
Contoh:
- Dia bisa mengobati orang yang terkena bisa
ular.
-
Di halaman rumah
telah kubaca tiga halaman surat kabar.
-
Giginya tanggal pada
tanggal sepuluh sebulan yang lalu.
2. Homofon adalah kata yang
sama pengucapaannya namun tulisan dan maknanya berbeda.
Contoh :
-
Pegawai tersebut telah didepak
dari Depag (Departemen Agama)
-
Pada masa itu, massa
sudah berkumpul di balai desa.
-
Bang Adi sedang
pergi ke bank.
3. Homograf adalah kata yang
tulisannya sama namun pengucapan dan maknanya berbeda. (biasanya dalam kata
tersebut, terdapat huruf “e”)
Contoh:
-
Setelah apel kami
ingin makan apel.
-
Wajahnya memerah
ketika memerah pakaian.
-
Pejabat teras sedang
asyik berbicara di teras kantor gubernur.
*teras = sesuatu yang penting/terbaik.
4. Polisemi adalah kata yang
memiliki banyak makna (lebih dari dua).
Contoh:
-
Bagaimana rasanya jatuh
dari pohon? (gerakan dari atas ke bawah)
-
Nama baik keluarganya jatuh
akibat pemberitaan tersebut. (tercoreng)
-
Saat ini harga ayam di
pasar sedang jatuh. (murah)
-
Aku jatuh cinta
padanya. (suka)
-
Perusahaanku berdiri tiga
tahun yang lalu. (dibentuk)
-
Karena terlambat, Andi
disuruh Pak Guru berdiri di depan kelas. (posisi badan)
-
Masjid itu berdiri dengan
kokoh. (dibangun)
Selain itu juga masih ada lagi untuk kata
berpolisemi mata, yaitu: matanya, mata pisau, mata hati, dsb.
5. Hipernim adalah kata yang
mempunyai makna yang umum (kata umum) dari kata yang bermakna khusus (kata khusu)
Contoh: binatang berhipernim dengan kucing,
anjing, dan kelinci.
6.
Hiponim adalah kata yang
mempunyai makna yang khusus dari kata yang bermakna umum.
Contoh: kucing, anjing, dan kelinci
berhiponim dengan binatang.
7. Kohiponim: hubungan
antarhiponim.
8.
Makna meluas: perubahan
makna karena makna sekarang lebih luas dibandingkan makna yang dulu. (zaman
sekarang berkembang, begitu pula dengan bahasa)
Contoh: bapak. Makna meluas maksudnya kata
“bapak” dari yang cuma hanya untuk satu orang, sekarang bisa dipasangkan dengan
apa saja sesuai kepentingan kalimat. Bapak Budi, Bapak Saya, Bapak-Ibu
sekalian, dsb.
9.
Makna menyempit: perubahan
makna karena makna sekarang lebih menyempit dibandingkan makna yang dulu.
Contoh: bau.
Sekarang orang-orang marah jika disebut bau,
mengapa? Padahal bau masih terbagi menjadi dua, bau harum atau bau busuk.
Akibat perkembangan zaman, bahasa juga ikut mengalami perkembangan.
10. Ameliorasi: diksi (pilihan
kata) yang terdengar lebih sopan. Contoh: wafat, meninggal, mantan, dst.)
11.
Peyorasi: diksi (pilihan kata) yang terdengar lebih
kasar. Contoh: mati, mampus, bekas, dst.)
12.
Sinestesia: perubahan makna
kata karena ada pertukaran pancaindra.
Contoh:
-
Suaranya sungguh enak
didengar = indra pendengar ke indra pengecap
-
Kata-katanya sungguh kasar
= indra pendengar ke indra peraba
-
Pandangannya sangat tajam =
indra penglihatan ke indra peraba
-
Mukanya agak masam = indra
penglihatan ke indra pengecap
No comments:
Post a Comment